Sabtu, 31 Oktober 2015

Belalang

 Belalang

a.                   Definisi
Belalang adalah serangga yang bersayap dua lapis dan mempunyai sepasang kaki belakang yang panjang, makanannya rumput-rumputan atau daun-daunan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia).
b.                  Morfologi
Anggota dari ordo orthoptera ini memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).
Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.


Gambar 1. Struktur Belalang
c.                   Klasifikasi belalang kayu
Menurut Borror, Triplehorn, dan Johnson (1992, dalam Kusmaryani 2005) klasifikasi belalang kayu adalah sebagai berikut:
Divisi               : Arthropoda
Klass               : Insecta
Ordo                : Orthoptera
Subordo          : Caelifera
Superfamili      : Acridoidea
Famili              : Acrididae
Subfamili         : Cyrtacanthacridinae
Genus              : Melanoplus
Spesies            : Melanoplus cinereus.
Belalang kayu memiliki wajah tegak atau hampir demikian. Pinggir ekor mengarah ke belakang dan bersudut di bagian tengah. Sayap panjang mencapai atau melewati abdomen.
d.                  Kandungan gizi
Kandungan gizi belalang per 100 gram bagian yang dapat dimakan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi Gizi Belalang Per 100 g
Belalang
Energi (Kal)
Air
( % )
Protein
( % )
Lemak
( % )
Karbohidrat ( % )
Mentah
170
62,0
26,8
3,8
5,5
Kering
420
7,0
62,2
10,4
15,8
Sumber : Sutrisna Koswara (2009)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa belalang dalam keadaan basah/mentah memiliki kandungan protein sebesar 26,8 % tiap 100 g. Jika dalam keadaan kering/tepung belalang memiliki kandungan protein sebesar 62,2 % tiap 100 g.
e.                   Pemanfaatan belalang
Belalang merupakan jenis serangga yang dihalalkan untuk dimakan, bahkan bangkai belalang pun masih diperbolehkan untuk dikonsumsi. Hal ini dapat dilihat dari hadis Rasulullah SAW yang berbunyi : “Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah, dua macam bangkai adalah ikan dan belalang, dua macam darah adalah hati dan limfa.” (HR Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Baihaqi oleh Ibnu Umar r.a.). Menurut hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa belalang merupakan binatang yang halal untuk dimanfaatkan sebagai salah satu sumber makanan yang dikonsumsi.
Menurut Sutrisno Koswara (2009), pemanfaatan belalang di beberapa negara adalah sebagai berikut, di Zimbabwe, locustana atau belalang dikumpulkan sebelum fajar tiba, dimana serangga tersebut dalam keadaan tidak aktif. Kemudian mereka direbus dalam air mendidih, lalu dijemur sampai kering selama 1 – 2 hari. Jika akan diolah, sayap dan kakinya dilepaskan dan locustana kering kemudian direndam dalam air hingga air terserap, dimasak dengan bawang merah, tomat dan hancuran kacang tanah berbumbu.
Di Ethiopia, locustana ditumbuk dan direbus dengan susu, atau dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Tepung locustana atau belalang ini kemudian dicampur dengan minyak sayur dan dipanggang menghasilkan makanan sejenis cake.
Di banyak negara Afrika, belalang segar disangrai, diberi garam dan dikonsumsi sebagai snack. Produk ini tinggi kandungan proteinnya dan mengandung lemak dalam jumlah yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy. Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan 1. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta, 2008.


Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2003.



Indonesia, Ahli Gizi. Daftar Komposisi Bahan Makanan. PERSAGI: Jakarta, 2005

Kusmaryani. Prospek Tepung Belalang Kayu (Melanoplus Cinereus) Sebagai Alternatif Sumber Protein Hewani Bagi Kesehatan Masyarakat. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, 2005.

Koswara, Sutrisno. Serangga Sebagai Bahan Makanan. http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/SERANGGA%20SEBAGAI%20BAHAN%20PANGAN.pdf, 11 september 2009.

Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta, 2001

Putra, Sandi Nisrina dkk. Pengaruh Variasi Penambahan Tepung Belalang Terhadap Sifat Fisik, Organoleptik dan Kadar Proteien Cookies. Volume 11, No. 2 2009; 90-99 Nutrisia.

Rahayu, Winiati Pudji. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fkultas Teknologi Pertanian IPB, 1998.

Rahayuni, Arintina. Modul Kuliah dan Praktikum Teknologi Pangan. Poltekkes Depkes RI Jurusan Gizi: Semarang, 2004.

Rejeki, Jatu Ayu Tri. Analisis Kadar Protein dan daya Terima Biskuit Dengan Substitusi Tepung Belalang. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Gizi, 2001.

Setiawan, Nugraha. Daging dan Telur Ayam Sumber Protein Murah. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, 2006.

Standar Nasional Indonesia. SNI. Bp3 ARJI: Semarang, 2001.

Sukarni, Mariyati, dkk. Diktat Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian IPB: Bogor, 1990.

Winarno. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,1988.

_______. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,2002.

Tidak ada komentar: