Rabu, 18 November 2015

Teknologi Pangan Untuk Mengatasi Kelangkaan Pangan

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Beraneka ragam hasil bumi tersebut memberikan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk mengembangkan hasil pertanian maupun yang berhubungan dengan hasil pertanian. Pertanian merupakan kegiatan paling mendasar bagi manusia karena sejatinya manusia perlu makan setiap hari.

Menurut Safety and Health in Agriculture Tahun 1999 yang disebutkan dalam wikipedia, pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumer daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.

Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkankan pemenfaatan makhluk hidup (tanaman, hewan, dan mikroba) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai kegiatan pembudidayaan tanaman. (Wikipedia, diakses November 2015).

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4 % dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto. (Wikipedia, diakses November 2015).

Beberapa tahun lalu Indonesia heboh membicarakan krisis pangan padahal Indonesia sendiri merupakan negara agraris dan negara maritim. Kelangkaan pangan terjadi mulai dari kelangkaan daging sapi, kacang kedelai, cabai, kemudian bawang merah dan bawang putih. Selama tahun 2013 Badan Pusat Statistik merinci bahwa Indonesia mengimpor beras sebanyak 472.000 ton. Dari peristiwa ini dapat dikatakan bahwa ketahanan pangan di Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kesulitan dalam mendapatkan pangan yang dibutuhkan sehingga Indonesia perlu mengimpor bahan pangan. (Latifah, 2014).

Berbagai permasalahan tentang pangan yang begitu kompleks, perlu dikembangkan penelitian mengenai pangan dan hasil pertanian agar suatu hari nanti Indonesia menjadi negara mandiri dalam berbagai bidang. Kelompok ilmu ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu ilmu pendukungnya, seperti ilmu tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistika juga dipelajari dalam pertanian. Berbagai ilmu yang mengolah bahan pertanian pun juga dipelajari seperti teknologi pangan.

Teknologi Pangan merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari berbagai masalah tentang pangan. Hal yang diharapkan dengan meningkatnya ilmu pengetahuan tentang pangan, juga berpengaruh terhadap ketahanan pangan, meningkatnya manfaat pangan bagi masyarakat sehingga terbentuk ekonomi Indonesia yang stabil.

Sebagaimana disebutkan dalam UU nomor 18 tahun 2011 tentang pangan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. UU yang sama juga menyebutkan bahwa kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.(Latifah, 2014).

Ilmu Teknologi Pangan

Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) guna memperoleh manfaatnya seoptimal mungkin sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut.(Wikipedia, November 2015).

Sejarah teknologi pangan dimulai ketika Nicolas Appert mengalengkan bahan pangan, sebuah proses yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun ketika itu, Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan berdasarkan ilmu pengetahuan dimulai oleh Louis Pasteur ketika mencoba untuk mencegah kerusakan akibat mikroba pada fasilitas fermentasi anggur setelah melakukan penelitian terhadap anggur yang terinfeksi. Selain itu, Pasteur juga menemukan proses yang disebut pasteurisasi, yaitu pemanasan susu dan produk susu untuk membunuh mikroba yang ada di dalamnya dengan perubahan sifat dari susu yang minimal. .(Wikipedia, November 2015).

Sejarah Teknologi pangan di Indonesia menyangkut beberapa aspek, disamping aspek program pendidikan juga berhubungan erat dengan sejarah perkembangan institusi, bidang IPTEK, SDM (Staff, lulusan), prasarana dan fasilitas, juga menyangkut perkembangan lapangan kerja, industri dan perdagangan produk pangan serta dinamika masyarakat dan trend konsumsi pangan. (Wikipedia, November 2015).

Adanya teknologi pangan sangat mempengaruhi ketersediaan pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin. Kita tidak mungkin menunda kebutuhan jasmani hingga masa panen tiba. Oleh karena itu, terciptalah teknologi pengawetan sehingga makanan dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Teknik pengawetan juga memungkinkan untuk mendistribusikan bahan pangan secara merata ke seluruh penjuru dunia. Dulu, orang-orang di Eropa tidak bisa menikmati makanan-makanan Asia. Tetapi sekarang karena teknologi pangan setiap bangsa dapat menikmati makanan khas bangsa lainnya.

Beberapa proses terkait pemrosesan bahan pangan telah memberikan kontribusinya di bidang teknologi pangan, terutama pada rantai produksi dan suplai pangan. Pengembangan tersebut misalnya:
Pembuatan susu bubuk telah menjadi dasar untuk pembuatan berbagai produk baru dari benda cair dan semi cair yang dapat diseduh (dapat direhidrasi kembali) setelah dikeringkan menjadi padatan berbentuk serbuk. Hal ini juga yang menjadikan proses distribusi susu menjadi lebih efisien dan cikal bakal berkembangnya industri susu formula.
Dekafeinasi untuk kopi dan teh, namun lebih banyak digunakan pada biji kopi demi mengurangi kadar kafein pada kopi. Biji kopi kering diproses menggunakan uap hingga kadar airnya menjadi sektar 20%. Panas diberikan untuk memisahkan kafein dari biji kopi ke permukaan kulitnya. Lalu pelarut diberikan untuk memindahkan kafein dari biji kopi. Hingga tahun 1980-an, pelarut yang digunakan adalah pelarut organik. Karbon dioksida merupakan salah satu pelarut non organik yang digunakan untuk memisahkan kafein di bawah kondisi super kritis.

Peran Ilmu Teknologi Pangan


Bila kita kupas lebih lanjut, ada banyak kompetensi yang bisa kita gali dari pemberdayaan teknologi ini dalam upaya mencukupi kebutuhan umat manusia.

Keberadaan teknologi pangan sangat menunjang ketersediaan pangan. Kita semua tahu bahwa alam menghasilkan pangan secara berkala, sementara keperluan pangan kita adalah rutin. Kita tidak mungkin menunda keperluan perut sesuai dengan masa panen. Sementara itu, umunya sifat bahan pangan alami adalah perishable (dapat musnah). Dengan teknologi pengawetan kita dapat menyimpan hasil panen untuk dapat dipergunakan secara bertahap.

Keberadaan teknologi pangan memungkinkan kita mendistribusikan pangan secara lebih merasa dan adil. Dengan teknologi yang ada kita dapat mengirim pangan pada daerah yang tertimpa bencana baik bencana kelaparan atau bencana lainnya yang memaksa umat manusia kehilangan sumber pangan alaminya. Adanya teknologi pangan memungkinkan kita untuk menikmati buah apel yang segar, aman, dan bergizi dengan harga yang terjangkau walau kita tidak menghasilkan di lahan kita. Dengan teknologi pangan kita dapat mendistribusikan kelebihan pangan kita di suatu daerah untuk saudara kita yang kekurangan karena tidak semua daerah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sumber pangan alami yang sama baik terkait pada iklim, kultur dan ketersediaan lahan. Teknologi pangan juga memberikan banyak pilihan kepada manusia dalam aksesnya kepada apa yang akan dikonsumsi. Adanya teknologi ini memberi peluang pada pangan bukan hanya sekedar pemenuh gizi konvensional tetapi juga pada fungsinya sebagai pemuas dari segi cita rasa dan menjaga kebugaran tubuh dari sisi fisiologif aktif komponen yang dikandungnya. Teknologi pangan memberi kesempatan kita untuk memilih jenis pangan yang lebih bervariasi baik dari segi jenis dan bentuk sehingga memberi asupan tubuh yang lebih berimbang.

Teknologi pengalengan yang sekarang tervariasikan dengan berbagai teknologi retort lainnya seperti produk jadi dalam bentuk pouch yang jauh lebih ringan. Tak perlu repot dengan membuka kaleng untuk bisa mengkonsumsinya sekaligus lebih murah. Sementara pengembangan produk steril memungkinkan kita minum susu tanpa keracunan walau tak bisa masaknya dulu. Berbagai minuman kemasan juga semakin semarak dan memudahkan hidup kita.

Ketersediaan produk praktis hasil rekayasa teknologi inipun memberi peluang bagi pelaku rumah tangga yang sibuk untuk memanfaatkan waktunya guna kegiatan lainnya yang lebih bermakna daripada sekedar habis untuk menyiapkan pangan keluarga setiap harinya. Ketersediaan berbagai bahan yang telah tersedia dalam bentuk praktis dan olah sangat menghemay waktu penyediaan hidangan sekaligus juga membuka peluang untuk lebih berinovasi dan berkreasi tanpa tekanan kewajiban.

Tentu saja keberadaan teknologi pangan tidak bisa dilepaskan dari peluang untuk menciptakan banyak peluang kerja dan bisnis bagi banyak lapisan masyarakat. Teknologi pangan mempunyai rantai panjang yang menggerakkan banyak sendi kehidupan manusia. Tak bisa dipungkiri industri pangan yang ditunjang dengan teknologi pangan merupakan industri yang tangguh meskipun dalam krisis sekalipun.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.Pertanian. http://id.m.wikipedia.org/wiki/pertanian#cite_note-1/. Rabu, 11 November 2009.

Latifah,Muktiadin.Wujudkan Ketahanan Pangan Indonesia Untuk ASEAN Economic Community 2015.http://m.facebook.com/notes/muktiadin-latifah/wujudkan-ketahanan-pangan-indonesia-untuk-asean-economic-community=2015/831789863504548.Kamis, 12 November 2015.

Anonim.Teknologi Pangan.https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_pangan.Rabu, 11 November 2009.

Wijaya,Hanny.Pangan dan Pemberdayaan Petani.Bunga Rampai XIV

Kelangkaan Pangan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengakui bahwa fenomena badai El Nino yang saat ini tengah berlangsung di sejumlah wilayah Indonesia, merupakan badai dengan intensitas tertinggi apabila dibandingkan El Nino tahun 1997. Hal ini akhirnya turut memengaruhi ketersediaan pangan nasional, karena banyak para petani tanam, terutama beras mengalami gagal panen akibat perubahan iklim yang bergerak tidak beraturan. "Menurut Badan Meterologi Klimatologi Geofisika (BMKG), sekarang memang termasuk tinggi. Bahkan, lebih tinggi waktu 1997 saat El Nino parah sekali," ujar Darmin, Jumat malam, 9 Oktober 2015. Meskipun saat ini intensitas kekeringan mulai meningkat, Darmin mengatakan, BMKG telah memprediksi pada rentang bulan November dan Desember akan terjadi curah hujan dalam skala yang relatif besar. Sehingga, pada awal tahun depan, aktivitas bercocok tanam dinilai mampu berjalan secara efektif. "Jadi, menurut perkiraan itu. Januari sebenarnya aktivitas bertanam mulai jalan. Tapi, mereka tetap laporkan lebih lanjut mengenai kondisinya," katanya. Seperti diketahui, pada saat itu dampak El Nino dirasakan secara global. Dimana kawasan di Amerika dan Eropa mengalami peningkatan curah hujan yang menyebabkan banjir. Sedangkan untuk Asia, termasuk Indonesia, mengalami pengurangan curah hujan yang menyebabkan kemarau panjang. Sumber : http://nasional.news.viva.co.id/news/read/685351-el-nino-di-indonesia-tahun-ini-lebih-parah-dari-tahun-1997

Sabtu, 31 Oktober 2015

Ubi Jalar Ungu

 Ubi Jalar Ungu
a.             Taksonomi
Tanaman ubi jalar dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut (Juanda, Dede, 2000).
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Convolvulales
Famili              : Convulvulaceae
Genus              : Ipomoea
Spesies             : Ipomoea batatas L. Sin batatas edulis choisy
b.             Morfologi
Ubi jalar memiliki nama daerah, antara lain adalah telo rambat (Jawa Tengah dan Jawa Timur); huwi bolet (Jawa Barat, Sunda); sweet potato (Inggris), dan shayu (Jepang). Batang tanaman berakar banyak dan menjalar di permukaan tanah, berwarna hijau, kuning atau ungu. Daunnya tunggal dan beraneka ragam, baik bentuk maupun warnanya. Demikian pula halnya bentuk, warna dan rasa umbinya. Umbinya termasuk umbi batang yang bermata dan dapat tumbuh ketika ditanam (Suprapti, 2003).
.Tanaman ubi jalar yang sudah berumur kurang lebih 3 minggu setelah tanam biasanya sudah membentuk umbi. Bentuk umbi biasanya bulat agak panjang dengan berat antara 200 – 250 gram per umbi. Kulit umbi berwarna putih , kuning , ungu atau ungu kemerah – merahan, tergantung varietasnya. Struktur kulit umbi bervariasi antara tipis sampai dengan tebal dan biasanya bergetah. Daging ubi berwarna putih , kuning, atau jingga sedikit ungu. Ubi jalar yang berkadar tepung tinggi rasanya cenderung manis. Keutamaan ubi jalar dibanding serealia lain adalah karoten dan vitamin C nya, disamping kadar karbohidrat dan seratnya yang tinggi (Anonim e).
c.              Habitat
Pada tahun 1960, ubi jalar sudah tersebar ke hamper setiap provinsi di Indonesia. Adapun 5 daerah sentra produksi ubi jalar terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua, dan Sumatera. (Suprapti, 2003)
Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan lembab, dengan suhu optimum 27°C dan lama penyinaran 11-12 jam per hari. Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Ubijalar tidak membutuhkan tanah subur untuk media tumbuhnya. Di Jepang, ubijalar adalah salah satu sumber karbohidrat yang cukup populer. Beberapa varietas ubi Jepang cukup dikenal hingga ke Indonesia. Selanjutnya beberapa varietas yang diusahakan tersebar secara luas di Indonesia, diantaranya varietas ibaraki, beniazuma, dan naruto (Hartoyo, 2004).
d.             Komposisi Kimia
Tabel 2.          
Komposisi kimia ubi jalar ungu per 100 g berat bahan adalah sebagai berikut :
Kandungan gizi
A
Energi (kkal)
Protein (%)
Lemak (%)
Karbohidrat (%)
Gula Reduksi (%)
Air (%)
Abu (%)
Serat (%)
Betakaroten (mkg)
Vitamin C (mg/100 mg)
Antosianin (mg/100mg)
Vitamin A (mg)
123
0,77
0,95
12,64
0,30
70,46
0,84
3
9900 (32967 SI)
21,43
110,51
7700
   Sumber : Budiman, 2009
e.              Manfaat
Keberadaan senyawa antosianin pada ubi jalar yaitu pigmen yang terdapat pada ubi jalar ungu  atau merah dapat berfungsi sebagai komponen pangan sehat dan paling komplet. Sekelompok Antosianin yang tersimpan dalam ubi jalar mampu menghalangi laju perusakan sel radikal bebas akibat nikotin, polusi udara dan bahan kimia lainnya. Hampir semua zat gizi yang terkandung dalam ubi jalar ungu mendukung kemampuannya memerangi serangan jantung koroner (Hasyim dan M. Yusuf, 2009).
Dibanding dengan ubi jalar putih, tekstur ubi jalar merah/ungu memang lebih berair dan kurang masir (sandy), tapi lebih lembut. Rasanya tidak semanis ubi jalar putih padahal kadar gulanya tidak berbeda. Ubi jalar merah yang berwarna jingga 9900 mkg (32967 SI). Makin pekat warna jingganya. makin tinggi kadar betakarotennya yang merupakan bahan pembentuk vitamin A dalam tubuh. Secangkir ubi jalar merah kukus yang telah dilumatkan menyimpan 50000 SI betakaroten (Hasyim dan M. Yusuf, 2009).
Selain betakaroten, warna jingga pada ubi jalar memberi isyarat akan tingginya kandungan senyawa Lutein dan Zeaxantin, pasangan anti-oksidan karotenoid. Keduanya termasuk pigmen warna sejenis klorofil, merupakan pembentuk vitamin A. Lutein dan Zeaxantin merupakan senyawa aktif yang memiliki peran penting menghalangi proses perusakan sel. Ubi jalar ungu juga kaya vitamin E untuk memenuhi kebutuhan sehari. Selain vitamin A,C, dan E, ubi jalar ungu juga berlimpah vitamin B6 (piridoksin) yang berperan penting dalam menyokong kekebalan tubuh. Kandungan vitamin B6 ini mampu mengendalikan jerawat musiman yang muncul menjelang menstruasi (Budiman, 2009).

Menyantap ubi jalar ungu 2 -3 kali seminggu membantu kecukupan serat. Apabila dimakan bersama kulitnya ubi jalar akan menyumbang serat lebih banyak lagi. Kandungan serat dalam ubi jalar ungu sebagian besar merupakan serat larut (soluble fiber), yang bekerja seperti busa spon. Serat menyerap kelebihan lemak/kolesterol, sehingga kadar lemak/kolesterol dalam darah tetap terkendali (Budiman, 2009).

Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Graamedia Pustaka Utama: Jakarta, 2003.

Andarwulan, Nuri dan Sutrisno Koswara. Kimia Vitamin. IPB : Bogor, 1989.

Anonim e. “Ubi Jalar Ungu,” 20 Oktober 2009. http://www.scribd.com/doc/ 16688182/ubijalar22

Budiman, Iwan. “Ubi Jalar Sweet Potato (Ipomoea Batatas (L.) Lam,” 26 Oktober 2009. http://s3autumn.wordpress.com/ubi-jalar-sweet-potato-ipomoea-batatas-l-lam/.

Harper, Laura J, dkk dan Suhardjo (ed). Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986.

Hasyim, Ahsol dan M. Yusuf. “Ubi Jalar Kaya Antosianin Pilihan Pangan Sehat,” 26 Oktober 2009. http://www.pustaka-deptan.go.id/inovasi/kl08084.pdf

Juanda, Dede dan Bambang Cahyono. Ubi Jalar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000

Muchtadi, Tien R dan Sugiyono. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB: Bogor, 1992.

Rahayuni, Arintina. Modul Kuliah dan Praktikum Teknologi Pangan. Poltekkes Depkes RI Jurusan Gizi: Semarang, 2004.

Sastrapraja, Setijati, dkk. Ubi-Ubian. Jakarta : Balai Pustaka, 1980.

Soekarto, Soewarno. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bharata Karya Aksara: Jakarta, 1985.

Sukarni, Mariyati, dkk. Diktat Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian IPB: Bogor, 1990

Tejasari. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005

Widjanarko, Simon. Gelatinisasi Pati, Adonan Berbasis Pati,” 2008. http://geocities.com

Winarno, F.G. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2002

Belalang

 Belalang

a.                   Definisi
Belalang adalah serangga yang bersayap dua lapis dan mempunyai sepasang kaki belakang yang panjang, makanannya rumput-rumputan atau daun-daunan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia).
b.                  Morfologi
Anggota dari ordo orthoptera ini memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).
Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.


Gambar 1. Struktur Belalang
c.                   Klasifikasi belalang kayu
Menurut Borror, Triplehorn, dan Johnson (1992, dalam Kusmaryani 2005) klasifikasi belalang kayu adalah sebagai berikut:
Divisi               : Arthropoda
Klass               : Insecta
Ordo                : Orthoptera
Subordo          : Caelifera
Superfamili      : Acridoidea
Famili              : Acrididae
Subfamili         : Cyrtacanthacridinae
Genus              : Melanoplus
Spesies            : Melanoplus cinereus.
Belalang kayu memiliki wajah tegak atau hampir demikian. Pinggir ekor mengarah ke belakang dan bersudut di bagian tengah. Sayap panjang mencapai atau melewati abdomen.
d.                  Kandungan gizi
Kandungan gizi belalang per 100 gram bagian yang dapat dimakan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi Gizi Belalang Per 100 g
Belalang
Energi (Kal)
Air
( % )
Protein
( % )
Lemak
( % )
Karbohidrat ( % )
Mentah
170
62,0
26,8
3,8
5,5
Kering
420
7,0
62,2
10,4
15,8
Sumber : Sutrisna Koswara (2009)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa belalang dalam keadaan basah/mentah memiliki kandungan protein sebesar 26,8 % tiap 100 g. Jika dalam keadaan kering/tepung belalang memiliki kandungan protein sebesar 62,2 % tiap 100 g.
e.                   Pemanfaatan belalang
Belalang merupakan jenis serangga yang dihalalkan untuk dimakan, bahkan bangkai belalang pun masih diperbolehkan untuk dikonsumsi. Hal ini dapat dilihat dari hadis Rasulullah SAW yang berbunyi : “Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah, dua macam bangkai adalah ikan dan belalang, dua macam darah adalah hati dan limfa.” (HR Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Baihaqi oleh Ibnu Umar r.a.). Menurut hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa belalang merupakan binatang yang halal untuk dimanfaatkan sebagai salah satu sumber makanan yang dikonsumsi.
Menurut Sutrisno Koswara (2009), pemanfaatan belalang di beberapa negara adalah sebagai berikut, di Zimbabwe, locustana atau belalang dikumpulkan sebelum fajar tiba, dimana serangga tersebut dalam keadaan tidak aktif. Kemudian mereka direbus dalam air mendidih, lalu dijemur sampai kering selama 1 – 2 hari. Jika akan diolah, sayap dan kakinya dilepaskan dan locustana kering kemudian direndam dalam air hingga air terserap, dimasak dengan bawang merah, tomat dan hancuran kacang tanah berbumbu.
Di Ethiopia, locustana ditumbuk dan direbus dengan susu, atau dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Tepung locustana atau belalang ini kemudian dicampur dengan minyak sayur dan dipanggang menghasilkan makanan sejenis cake.
Di banyak negara Afrika, belalang segar disangrai, diberi garam dan dikonsumsi sebagai snack. Produk ini tinggi kandungan proteinnya dan mengandung lemak dalam jumlah yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy. Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan 1. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta, 2008.


Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2003.



Indonesia, Ahli Gizi. Daftar Komposisi Bahan Makanan. PERSAGI: Jakarta, 2005

Kusmaryani. Prospek Tepung Belalang Kayu (Melanoplus Cinereus) Sebagai Alternatif Sumber Protein Hewani Bagi Kesehatan Masyarakat. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, 2005.

Koswara, Sutrisno. Serangga Sebagai Bahan Makanan. http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/SERANGGA%20SEBAGAI%20BAHAN%20PANGAN.pdf, 11 september 2009.

Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta, 2001

Putra, Sandi Nisrina dkk. Pengaruh Variasi Penambahan Tepung Belalang Terhadap Sifat Fisik, Organoleptik dan Kadar Proteien Cookies. Volume 11, No. 2 2009; 90-99 Nutrisia.

Rahayu, Winiati Pudji. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fkultas Teknologi Pertanian IPB, 1998.

Rahayuni, Arintina. Modul Kuliah dan Praktikum Teknologi Pangan. Poltekkes Depkes RI Jurusan Gizi: Semarang, 2004.

Rejeki, Jatu Ayu Tri. Analisis Kadar Protein dan daya Terima Biskuit Dengan Substitusi Tepung Belalang. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Gizi, 2001.

Setiawan, Nugraha. Daging dan Telur Ayam Sumber Protein Murah. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, 2006.

Standar Nasional Indonesia. SNI. Bp3 ARJI: Semarang, 2001.

Sukarni, Mariyati, dkk. Diktat Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian IPB: Bogor, 1990.

Winarno. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,1988.

_______. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,2002.