Rabu, 18 November 2015

Teknologi Pangan Untuk Mengatasi Kelangkaan Pangan

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Beraneka ragam hasil bumi tersebut memberikan kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk mengembangkan hasil pertanian maupun yang berhubungan dengan hasil pertanian. Pertanian merupakan kegiatan paling mendasar bagi manusia karena sejatinya manusia perlu makan setiap hari.

Menurut Safety and Health in Agriculture Tahun 1999 yang disebutkan dalam wikipedia, pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumer daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.

Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkankan pemenfaatan makhluk hidup (tanaman, hewan, dan mikroba) untuk kepentingan manusia. Dalam arti sempit pertanian diartikan sebagai kegiatan pembudidayaan tanaman. (Wikipedia, diakses November 2015).

Bagian terbesar penduduk dunia bermata pencaharian dalam bidang bidang di lingkup pertanian, namun pertanian hanya menyumbang 4 % dari PDB dunia. Sejarah Indonesia sejak masa kolonial sampai sekarang tidak dapat dipisahkan dari sektor pertanian dan perkebunan, karena sektor ini memiliki arti yang sangat penting dalam menentukan pembentukan berbagai realitas ekonomi dan sosial masyarakat di berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan data BPS tahun 2002, bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja sekitar 44,3% penduduk meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto. (Wikipedia, diakses November 2015).

Beberapa tahun lalu Indonesia heboh membicarakan krisis pangan padahal Indonesia sendiri merupakan negara agraris dan negara maritim. Kelangkaan pangan terjadi mulai dari kelangkaan daging sapi, kacang kedelai, cabai, kemudian bawang merah dan bawang putih. Selama tahun 2013 Badan Pusat Statistik merinci bahwa Indonesia mengimpor beras sebanyak 472.000 ton. Dari peristiwa ini dapat dikatakan bahwa ketahanan pangan di Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari kesulitan dalam mendapatkan pangan yang dibutuhkan sehingga Indonesia perlu mengimpor bahan pangan. (Latifah, 2014).

Berbagai permasalahan tentang pangan yang begitu kompleks, perlu dikembangkan penelitian mengenai pangan dan hasil pertanian agar suatu hari nanti Indonesia menjadi negara mandiri dalam berbagai bidang. Kelompok ilmu ilmu pertanian mengkaji pertanian dengan dukungan ilmu ilmu pendukungnya, seperti ilmu tanah, meteorologi, teknik pertanian, biokimia, dan statistika juga dipelajari dalam pertanian. Berbagai ilmu yang mengolah bahan pertanian pun juga dipelajari seperti teknologi pangan.

Teknologi Pangan merupakan salah satu cabang ilmu yang mempelajari berbagai masalah tentang pangan. Hal yang diharapkan dengan meningkatnya ilmu pengetahuan tentang pangan, juga berpengaruh terhadap ketahanan pangan, meningkatnya manfaat pangan bagi masyarakat sehingga terbentuk ekonomi Indonesia yang stabil.

Sebagaimana disebutkan dalam UU nomor 18 tahun 2011 tentang pangan, ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. UU yang sama juga menyebutkan bahwa kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.(Latifah, 2014).

Ilmu Teknologi Pangan

Teknologi pangan adalah suatu teknologi yang menerapkan ilmu pengetahuan tentang bahan pangan khususnya setelah panen (pasca panen) guna memperoleh manfaatnya seoptimal mungkin sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah dari pangan tersebut.(Wikipedia, November 2015).

Sejarah teknologi pangan dimulai ketika Nicolas Appert mengalengkan bahan pangan, sebuah proses yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Namun ketika itu, Nicolas Appert mengaplikasikannya tidak berdasarkan ilmu pengetahuan terkait pangan. Aplikasi teknologi pangan berdasarkan ilmu pengetahuan dimulai oleh Louis Pasteur ketika mencoba untuk mencegah kerusakan akibat mikroba pada fasilitas fermentasi anggur setelah melakukan penelitian terhadap anggur yang terinfeksi. Selain itu, Pasteur juga menemukan proses yang disebut pasteurisasi, yaitu pemanasan susu dan produk susu untuk membunuh mikroba yang ada di dalamnya dengan perubahan sifat dari susu yang minimal. .(Wikipedia, November 2015).

Sejarah Teknologi pangan di Indonesia menyangkut beberapa aspek, disamping aspek program pendidikan juga berhubungan erat dengan sejarah perkembangan institusi, bidang IPTEK, SDM (Staff, lulusan), prasarana dan fasilitas, juga menyangkut perkembangan lapangan kerja, industri dan perdagangan produk pangan serta dinamika masyarakat dan trend konsumsi pangan. (Wikipedia, November 2015).

Adanya teknologi pangan sangat mempengaruhi ketersediaan pangan. Alam menghasilkan bahan pangan secara berkala, sementara kebutuhan manusia akan pangan adalah rutin. Kita tidak mungkin menunda kebutuhan jasmani hingga masa panen tiba. Oleh karena itu, terciptalah teknologi pengawetan sehingga makanan dapat disimpan untuk jangka waktu yang cukup lama. Teknik pengawetan juga memungkinkan untuk mendistribusikan bahan pangan secara merata ke seluruh penjuru dunia. Dulu, orang-orang di Eropa tidak bisa menikmati makanan-makanan Asia. Tetapi sekarang karena teknologi pangan setiap bangsa dapat menikmati makanan khas bangsa lainnya.

Beberapa proses terkait pemrosesan bahan pangan telah memberikan kontribusinya di bidang teknologi pangan, terutama pada rantai produksi dan suplai pangan. Pengembangan tersebut misalnya:
Pembuatan susu bubuk telah menjadi dasar untuk pembuatan berbagai produk baru dari benda cair dan semi cair yang dapat diseduh (dapat direhidrasi kembali) setelah dikeringkan menjadi padatan berbentuk serbuk. Hal ini juga yang menjadikan proses distribusi susu menjadi lebih efisien dan cikal bakal berkembangnya industri susu formula.
Dekafeinasi untuk kopi dan teh, namun lebih banyak digunakan pada biji kopi demi mengurangi kadar kafein pada kopi. Biji kopi kering diproses menggunakan uap hingga kadar airnya menjadi sektar 20%. Panas diberikan untuk memisahkan kafein dari biji kopi ke permukaan kulitnya. Lalu pelarut diberikan untuk memindahkan kafein dari biji kopi. Hingga tahun 1980-an, pelarut yang digunakan adalah pelarut organik. Karbon dioksida merupakan salah satu pelarut non organik yang digunakan untuk memisahkan kafein di bawah kondisi super kritis.

Peran Ilmu Teknologi Pangan


Bila kita kupas lebih lanjut, ada banyak kompetensi yang bisa kita gali dari pemberdayaan teknologi ini dalam upaya mencukupi kebutuhan umat manusia.

Keberadaan teknologi pangan sangat menunjang ketersediaan pangan. Kita semua tahu bahwa alam menghasilkan pangan secara berkala, sementara keperluan pangan kita adalah rutin. Kita tidak mungkin menunda keperluan perut sesuai dengan masa panen. Sementara itu, umunya sifat bahan pangan alami adalah perishable (dapat musnah). Dengan teknologi pengawetan kita dapat menyimpan hasil panen untuk dapat dipergunakan secara bertahap.

Keberadaan teknologi pangan memungkinkan kita mendistribusikan pangan secara lebih merasa dan adil. Dengan teknologi yang ada kita dapat mengirim pangan pada daerah yang tertimpa bencana baik bencana kelaparan atau bencana lainnya yang memaksa umat manusia kehilangan sumber pangan alaminya. Adanya teknologi pangan memungkinkan kita untuk menikmati buah apel yang segar, aman, dan bergizi dengan harga yang terjangkau walau kita tidak menghasilkan di lahan kita. Dengan teknologi pangan kita dapat mendistribusikan kelebihan pangan kita di suatu daerah untuk saudara kita yang kekurangan karena tidak semua daerah mempunyai kemampuan untuk menghasilkan sumber pangan alami yang sama baik terkait pada iklim, kultur dan ketersediaan lahan. Teknologi pangan juga memberikan banyak pilihan kepada manusia dalam aksesnya kepada apa yang akan dikonsumsi. Adanya teknologi ini memberi peluang pada pangan bukan hanya sekedar pemenuh gizi konvensional tetapi juga pada fungsinya sebagai pemuas dari segi cita rasa dan menjaga kebugaran tubuh dari sisi fisiologif aktif komponen yang dikandungnya. Teknologi pangan memberi kesempatan kita untuk memilih jenis pangan yang lebih bervariasi baik dari segi jenis dan bentuk sehingga memberi asupan tubuh yang lebih berimbang.

Teknologi pengalengan yang sekarang tervariasikan dengan berbagai teknologi retort lainnya seperti produk jadi dalam bentuk pouch yang jauh lebih ringan. Tak perlu repot dengan membuka kaleng untuk bisa mengkonsumsinya sekaligus lebih murah. Sementara pengembangan produk steril memungkinkan kita minum susu tanpa keracunan walau tak bisa masaknya dulu. Berbagai minuman kemasan juga semakin semarak dan memudahkan hidup kita.

Ketersediaan produk praktis hasil rekayasa teknologi inipun memberi peluang bagi pelaku rumah tangga yang sibuk untuk memanfaatkan waktunya guna kegiatan lainnya yang lebih bermakna daripada sekedar habis untuk menyiapkan pangan keluarga setiap harinya. Ketersediaan berbagai bahan yang telah tersedia dalam bentuk praktis dan olah sangat menghemay waktu penyediaan hidangan sekaligus juga membuka peluang untuk lebih berinovasi dan berkreasi tanpa tekanan kewajiban.

Tentu saja keberadaan teknologi pangan tidak bisa dilepaskan dari peluang untuk menciptakan banyak peluang kerja dan bisnis bagi banyak lapisan masyarakat. Teknologi pangan mempunyai rantai panjang yang menggerakkan banyak sendi kehidupan manusia. Tak bisa dipungkiri industri pangan yang ditunjang dengan teknologi pangan merupakan industri yang tangguh meskipun dalam krisis sekalipun.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.Pertanian. http://id.m.wikipedia.org/wiki/pertanian#cite_note-1/. Rabu, 11 November 2009.

Latifah,Muktiadin.Wujudkan Ketahanan Pangan Indonesia Untuk ASEAN Economic Community 2015.http://m.facebook.com/notes/muktiadin-latifah/wujudkan-ketahanan-pangan-indonesia-untuk-asean-economic-community=2015/831789863504548.Kamis, 12 November 2015.

Anonim.Teknologi Pangan.https://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_pangan.Rabu, 11 November 2009.

Wijaya,Hanny.Pangan dan Pemberdayaan Petani.Bunga Rampai XIV