Sabtu, 31 Oktober 2015

Ubi Jalar Ungu

 Ubi Jalar Ungu
a.             Taksonomi
Tanaman ubi jalar dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut (Juanda, Dede, 2000).
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Convolvulales
Famili              : Convulvulaceae
Genus              : Ipomoea
Spesies             : Ipomoea batatas L. Sin batatas edulis choisy
b.             Morfologi
Ubi jalar memiliki nama daerah, antara lain adalah telo rambat (Jawa Tengah dan Jawa Timur); huwi bolet (Jawa Barat, Sunda); sweet potato (Inggris), dan shayu (Jepang). Batang tanaman berakar banyak dan menjalar di permukaan tanah, berwarna hijau, kuning atau ungu. Daunnya tunggal dan beraneka ragam, baik bentuk maupun warnanya. Demikian pula halnya bentuk, warna dan rasa umbinya. Umbinya termasuk umbi batang yang bermata dan dapat tumbuh ketika ditanam (Suprapti, 2003).
.Tanaman ubi jalar yang sudah berumur kurang lebih 3 minggu setelah tanam biasanya sudah membentuk umbi. Bentuk umbi biasanya bulat agak panjang dengan berat antara 200 – 250 gram per umbi. Kulit umbi berwarna putih , kuning , ungu atau ungu kemerah – merahan, tergantung varietasnya. Struktur kulit umbi bervariasi antara tipis sampai dengan tebal dan biasanya bergetah. Daging ubi berwarna putih , kuning, atau jingga sedikit ungu. Ubi jalar yang berkadar tepung tinggi rasanya cenderung manis. Keutamaan ubi jalar dibanding serealia lain adalah karoten dan vitamin C nya, disamping kadar karbohidrat dan seratnya yang tinggi (Anonim e).
c.              Habitat
Pada tahun 1960, ubi jalar sudah tersebar ke hamper setiap provinsi di Indonesia. Adapun 5 daerah sentra produksi ubi jalar terbesar di Indonesia adalah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Papua, dan Sumatera. (Suprapti, 2003)
Ubi jalar adalah tanaman yang tumbuh baik di daerah beriklim panas dan lembab, dengan suhu optimum 27°C dan lama penyinaran 11-12 jam per hari. Tanaman ini dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 meter dari permukaan laut. Ubijalar tidak membutuhkan tanah subur untuk media tumbuhnya. Di Jepang, ubijalar adalah salah satu sumber karbohidrat yang cukup populer. Beberapa varietas ubi Jepang cukup dikenal hingga ke Indonesia. Selanjutnya beberapa varietas yang diusahakan tersebar secara luas di Indonesia, diantaranya varietas ibaraki, beniazuma, dan naruto (Hartoyo, 2004).
d.             Komposisi Kimia
Tabel 2.          
Komposisi kimia ubi jalar ungu per 100 g berat bahan adalah sebagai berikut :
Kandungan gizi
A
Energi (kkal)
Protein (%)
Lemak (%)
Karbohidrat (%)
Gula Reduksi (%)
Air (%)
Abu (%)
Serat (%)
Betakaroten (mkg)
Vitamin C (mg/100 mg)
Antosianin (mg/100mg)
Vitamin A (mg)
123
0,77
0,95
12,64
0,30
70,46
0,84
3
9900 (32967 SI)
21,43
110,51
7700
   Sumber : Budiman, 2009
e.              Manfaat
Keberadaan senyawa antosianin pada ubi jalar yaitu pigmen yang terdapat pada ubi jalar ungu  atau merah dapat berfungsi sebagai komponen pangan sehat dan paling komplet. Sekelompok Antosianin yang tersimpan dalam ubi jalar mampu menghalangi laju perusakan sel radikal bebas akibat nikotin, polusi udara dan bahan kimia lainnya. Hampir semua zat gizi yang terkandung dalam ubi jalar ungu mendukung kemampuannya memerangi serangan jantung koroner (Hasyim dan M. Yusuf, 2009).
Dibanding dengan ubi jalar putih, tekstur ubi jalar merah/ungu memang lebih berair dan kurang masir (sandy), tapi lebih lembut. Rasanya tidak semanis ubi jalar putih padahal kadar gulanya tidak berbeda. Ubi jalar merah yang berwarna jingga 9900 mkg (32967 SI). Makin pekat warna jingganya. makin tinggi kadar betakarotennya yang merupakan bahan pembentuk vitamin A dalam tubuh. Secangkir ubi jalar merah kukus yang telah dilumatkan menyimpan 50000 SI betakaroten (Hasyim dan M. Yusuf, 2009).
Selain betakaroten, warna jingga pada ubi jalar memberi isyarat akan tingginya kandungan senyawa Lutein dan Zeaxantin, pasangan anti-oksidan karotenoid. Keduanya termasuk pigmen warna sejenis klorofil, merupakan pembentuk vitamin A. Lutein dan Zeaxantin merupakan senyawa aktif yang memiliki peran penting menghalangi proses perusakan sel. Ubi jalar ungu juga kaya vitamin E untuk memenuhi kebutuhan sehari. Selain vitamin A,C, dan E, ubi jalar ungu juga berlimpah vitamin B6 (piridoksin) yang berperan penting dalam menyokong kekebalan tubuh. Kandungan vitamin B6 ini mampu mengendalikan jerawat musiman yang muncul menjelang menstruasi (Budiman, 2009).

Menyantap ubi jalar ungu 2 -3 kali seminggu membantu kecukupan serat. Apabila dimakan bersama kulitnya ubi jalar akan menyumbang serat lebih banyak lagi. Kandungan serat dalam ubi jalar ungu sebagian besar merupakan serat larut (soluble fiber), yang bekerja seperti busa spon. Serat menyerap kelebihan lemak/kolesterol, sehingga kadar lemak/kolesterol dalam darah tetap terkendali (Budiman, 2009).

Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Graamedia Pustaka Utama: Jakarta, 2003.

Andarwulan, Nuri dan Sutrisno Koswara. Kimia Vitamin. IPB : Bogor, 1989.

Anonim e. “Ubi Jalar Ungu,” 20 Oktober 2009. http://www.scribd.com/doc/ 16688182/ubijalar22

Budiman, Iwan. “Ubi Jalar Sweet Potato (Ipomoea Batatas (L.) Lam,” 26 Oktober 2009. http://s3autumn.wordpress.com/ubi-jalar-sweet-potato-ipomoea-batatas-l-lam/.

Harper, Laura J, dkk dan Suhardjo (ed). Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986.

Hasyim, Ahsol dan M. Yusuf. “Ubi Jalar Kaya Antosianin Pilihan Pangan Sehat,” 26 Oktober 2009. http://www.pustaka-deptan.go.id/inovasi/kl08084.pdf

Juanda, Dede dan Bambang Cahyono. Ubi Jalar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000

Muchtadi, Tien R dan Sugiyono. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Dirjen Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB: Bogor, 1992.

Rahayuni, Arintina. Modul Kuliah dan Praktikum Teknologi Pangan. Poltekkes Depkes RI Jurusan Gizi: Semarang, 2004.

Sastrapraja, Setijati, dkk. Ubi-Ubian. Jakarta : Balai Pustaka, 1980.

Soekarto, Soewarno. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bharata Karya Aksara: Jakarta, 1985.

Sukarni, Mariyati, dkk. Diktat Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian IPB: Bogor, 1990

Tejasari. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu, 2005

Widjanarko, Simon. Gelatinisasi Pati, Adonan Berbasis Pati,” 2008. http://geocities.com

Winarno, F.G. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2002

Belalang

 Belalang

a.                   Definisi
Belalang adalah serangga yang bersayap dua lapis dan mempunyai sepasang kaki belakang yang panjang, makanannya rumput-rumputan atau daun-daunan (Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia).
b.                  Morfologi
Anggota dari ordo orthoptera ini memilki sayap dua pasang. Sayap depan lebih sempit daripada sayap belakang dengan vena-vena menebal/mengeras dan disebut tegmina. Sayap belakang membranus dan melebar dengan vena-vena yang teratur. Pada waktu istirahat sayap belakang melipat di bawah sayap depan.
Alat-alat tambahan lain pada caput antara lain : dua buah (sepasang) mata facet, sepasang antene, serta tiga buah mata sederhana (occeli). Dua pasang sayap serta tiga pasang kaki terdapat pada thorax. Pada segmen (ruas) pertama abdomen terdapat suatu membran alat pendengar yang disebut tympanum. Spiralukum yang merupakan alat pernafasan luar terdapat pada tiap-tiap segmen abdomen maupun thorax. Anus dan alat genetalia luar dijumpai pada ujung abdomen (segmen terakhir abdomen).
Ada mulutnya bertipe penggigit dan penguyah yang memiliki bagian-bagian labrum, sepasang mandibula, sepasang maxilla dengan masing-masing terdapat palpus maxillarisnya, dan labium dengan palpus labialisnya.


Gambar 1. Struktur Belalang
c.                   Klasifikasi belalang kayu
Menurut Borror, Triplehorn, dan Johnson (1992, dalam Kusmaryani 2005) klasifikasi belalang kayu adalah sebagai berikut:
Divisi               : Arthropoda
Klass               : Insecta
Ordo                : Orthoptera
Subordo          : Caelifera
Superfamili      : Acridoidea
Famili              : Acrididae
Subfamili         : Cyrtacanthacridinae
Genus              : Melanoplus
Spesies            : Melanoplus cinereus.
Belalang kayu memiliki wajah tegak atau hampir demikian. Pinggir ekor mengarah ke belakang dan bersudut di bagian tengah. Sayap panjang mencapai atau melewati abdomen.
d.                  Kandungan gizi
Kandungan gizi belalang per 100 gram bagian yang dapat dimakan adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Komposisi Gizi Belalang Per 100 g
Belalang
Energi (Kal)
Air
( % )
Protein
( % )
Lemak
( % )
Karbohidrat ( % )
Mentah
170
62,0
26,8
3,8
5,5
Kering
420
7,0
62,2
10,4
15,8
Sumber : Sutrisna Koswara (2009)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa belalang dalam keadaan basah/mentah memiliki kandungan protein sebesar 26,8 % tiap 100 g. Jika dalam keadaan kering/tepung belalang memiliki kandungan protein sebesar 62,2 % tiap 100 g.
e.                   Pemanfaatan belalang
Belalang merupakan jenis serangga yang dihalalkan untuk dimakan, bahkan bangkai belalang pun masih diperbolehkan untuk dikonsumsi. Hal ini dapat dilihat dari hadis Rasulullah SAW yang berbunyi : “Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah, dua macam bangkai adalah ikan dan belalang, dua macam darah adalah hati dan limfa.” (HR Ibnu Majah, Al-Hakim, dan Baihaqi oleh Ibnu Umar r.a.). Menurut hadis tersebut dapat disimpulkan bahwa belalang merupakan binatang yang halal untuk dimanfaatkan sebagai salah satu sumber makanan yang dikonsumsi.
Menurut Sutrisno Koswara (2009), pemanfaatan belalang di beberapa negara adalah sebagai berikut, di Zimbabwe, locustana atau belalang dikumpulkan sebelum fajar tiba, dimana serangga tersebut dalam keadaan tidak aktif. Kemudian mereka direbus dalam air mendidih, lalu dijemur sampai kering selama 1 – 2 hari. Jika akan diolah, sayap dan kakinya dilepaskan dan locustana kering kemudian direndam dalam air hingga air terserap, dimasak dengan bawang merah, tomat dan hancuran kacang tanah berbumbu.
Di Ethiopia, locustana ditumbuk dan direbus dengan susu, atau dikeringkan dan digiling menjadi tepung. Tepung locustana atau belalang ini kemudian dicampur dengan minyak sayur dan dipanggang menghasilkan makanan sejenis cake.
Di banyak negara Afrika, belalang segar disangrai, diberi garam dan dikonsumsi sebagai snack. Produk ini tinggi kandungan proteinnya dan mengandung lemak dalam jumlah yang cukup.

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy. Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan 1. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta, 2008.


Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2003.



Indonesia, Ahli Gizi. Daftar Komposisi Bahan Makanan. PERSAGI: Jakarta, 2005

Kusmaryani. Prospek Tepung Belalang Kayu (Melanoplus Cinereus) Sebagai Alternatif Sumber Protein Hewani Bagi Kesehatan Masyarakat. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, 2005.

Koswara, Sutrisno. Serangga Sebagai Bahan Makanan. http://www.ebookpangan.com/ARTIKEL/SERANGGA%20SEBAGAI%20BAHAN%20PANGAN.pdf, 11 september 2009.

Nasional, Departemen Pendidikan. Kamus besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka: Jakarta, 2001

Putra, Sandi Nisrina dkk. Pengaruh Variasi Penambahan Tepung Belalang Terhadap Sifat Fisik, Organoleptik dan Kadar Proteien Cookies. Volume 11, No. 2 2009; 90-99 Nutrisia.

Rahayu, Winiati Pudji. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Fkultas Teknologi Pertanian IPB, 1998.

Rahayuni, Arintina. Modul Kuliah dan Praktikum Teknologi Pangan. Poltekkes Depkes RI Jurusan Gizi: Semarang, 2004.

Rejeki, Jatu Ayu Tri. Analisis Kadar Protein dan daya Terima Biskuit Dengan Substitusi Tepung Belalang. Karya Tulis Ilmiah. Akademi Gizi, 2001.

Setiawan, Nugraha. Daging dan Telur Ayam Sumber Protein Murah. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, 2006.

Standar Nasional Indonesia. SNI. Bp3 ARJI: Semarang, 2001.

Sukarni, Mariyati, dkk. Diktat Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga Fakultas Pertanian IPB: Bogor, 1990.

Winarno. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,1988.

_______. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta,2002.